Berita dan Pengumuman
MAHA BENAR NETIZEN DENGAN SEGALA KOMENTARNYA : Dosen FAI UMSurabaya Berikan Khutbah Jum’at tentang Etika bersosial media?
- Di Publikasikan Pada: 27 Feb 2024
- Oleh: Admin Perbankan syariah
Dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber daya insani, khususnya pada seluruh karyawan, dosen dan mahasiswa UMSurabaya yang mengikuti Jama’ah sholat Jum’at siang ini, Ta’mir Masjid Al-Khoory UMSurabaya mengundang salah satu dosen Fakultas Agama Islam, Muhammad Wahid Nur Tualeka, S.Th.I, M.Pd.I untuk memberikan ceramah Jum’at. Pada ceramah Jum’at ini, beliau (baca:Muhammad Wahid Nur Tualeka, S.Th.I, M.Pd.I) menyampaikan materi yang sangat penting untuk dipahami para jama’ah khususnya pada mereka jama’ah pengguna aktif sosial media.
Pada kesempatan ini beliau menekankan bahwa dalam bersosial media bukanlah sebuah kesalahan bahkan sesuatu yang dilarang. Namun ada etika atau peraturan yang harus diikuti dan dipatuhi secara keseluruhan. Makna dari kata kebebasan yang disampaikan beliau, bukan berarti bebas sebebas-bebasnya. Namun yang disebut kebebasan itu sebenarnya mengandung pengertian, penghargaan atas hak orang lain. Artinya kita itu hidup bermasyarakat, baik dalam kehidupan nyata maupun dunia maya, kita tidak bisa seenaknya sendiri selama tidak mengganggu orang lain.
Ada sebuah hadits Rasulullah SAW. yang beliau nukil dalam materi ini, yang pertama Hadits dari Bukhari, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam." Kemudian pada Al-Qur'an surat Al-Hasr Ayat 18, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Dari hadits dan ayat tersebut beliau memaparkan point penting perilaku ummat Islam yang harus dilakukan setiap harinya yaitu, pentingnya menjaga lisan sebagai bagian dari iman dan taqwa kepada Allah SWT, membiasakan lisan kita berbicara tentang kebaikan dan kebenaraan, serta karakter Ihsan sebagai pilar keutamaan. Karena Islam hanya memberikan dua pilihan dalam menggunakan lisan yaitu berkata yang baik atau diam.
Kemudian beliau juga menyampaikan tentang data Microsoft yang merilis Digital Civility Index mengukur tingkat kesopanan dalam interaksi dunia Maya. Hal yang mengejutkan adalah masyarakat atau biasa kita sebut netizen Indonesia berada pada urutan nomor 3 se-Asia dengan tingkat kesopanan yang rendah. 47 % netizen Indonesia terlibat bullying dan 19 % mereka menjadi korban bullying. Hal ini adalah sebuah fenomena negatif yang harus kita benahi bersama, agar Indonesia sebagai negara mayoritas pemeluk Agama Islam tidak lagi dilabeli sebagai netizen rendah kesopanan.